Friday, October 12, 2018

Ditengah Hujanku Bercinta Dengan Guru


Seorang wanita dengan jilbab hijau lumut tampak berjalan terburu-buru menuju ruang guru, belahan rok yang cukup sempit memaksa wanita itu mengayun langkah kecil nan cepat. Namun saat dirinya tiba diruangan yang dituju, disana hanya didapatinya Bu Nita yang sibuk mengoreksi hasil ujian harian para siswa.

“Bu.. apa Pak Rivan sudah pulang?”

“Mungkin sudah,” jawab Bu Nita, memandang Reyna dengan wajah penuh curiga, setau Bu Nita hubungan antara Reyna dan Rivan memang tak pernah akur, meski sama-sama guru muda, pemikiran Reyna dan Rivan selalu bersebrangan. Reyna yang idealis dan Rivan yang liberal.

“Memangnya ada apa Bu?” lanjut wanita itu, penasaran.
“Oh… tidak.. hanya ada perlu beberapa hal,” elak Reyna.
“Apa itu tentang pengajuan kenaikan pangkat dan golongan?” tambah Nita yang justru semakin penasaran.
“Bukan.. eh.. iya.. saya pamit duluan ya Bu,” ucap Reyna bergegas pamit. Agen Togel Terpercaya

“Semoga saja SMS itu cuma canda,” ucapnya penuh harap, bergegas menuju parkir, mengacuhkan pandangan satpam sekolah yang menatap liar tubuh semampai dibalut seragam hijau lumut khas PNS, ketat membalut tubuhnya.

Mobil Avanza, Reyna, membelah jalan pinggiran kota lebih cepat dari biasanya. Hatinya masih belum tenang, pikirannya terus terpaku pada SMS yang dikirimkan Rivan, padahal lelaki itu hanya meminta tolong untuk membantunya menyusun persyaratan pengajuan pangkat, tapi rasa permusuhan begitu lekat dihatinya.

Jantung Reyna semakin berdebar saat mobilnya memasuki halaman rumah, di sana telah terparkir Ninja 250 warna hijau muda, “tidak salah lagi itu pasti motor Rivan,” bisik hati Reyna. Di kursi beranda sudut mata wanita muda itu menangkap sosok seorang lelaki, asik dengan tablet ditangannya. “Kamu…” ucap Reyna dengan nada suara tak suka.

Rivan membalas dengan tersenyum.

“Masuklah, tapi ingat suamiku tidak ada dirumah, jadi setelah semua selesai kamu bisa langsung pulang,” ucap Reyna ketus, meninggalkan lelaki itu diruang tamu.

Beraktifitas seharian disekolah memaksa Reyna untuk mandi, saat memilih baju, wanita itu dibuat bingung harus mengenakan baju seperti apa, apakah cukup daster rumahan ataukah memilih pakaian yang lebih formal.

“Apa yang ada diotak mu, Rey?!.. Dia adalah musuh bebuyutan mu disekolah,” umpat hati Reyna, melempar gaun ditangannya ke bagian bawah lemari.

Lalu mengambil daster putih tanpa motif. Tapi sayangnya daster dari bahan katun yang lembut itu terlalu ketat dan sukses mencetak liuk tubuhnya dengan sempurna, memamerkan bongkahan payudara yang menggantung menggoda.

Reyna kembali dibuat bingung saat memilih penutup kepala, apakah dirinya tetap harus mengenakan kain itu ataukah tidak, toh ini adalah rumahnya. Namun tak urung tangannya tetap mengambil kain putih dengan motif renda yang membuatnya terlihat semakin anggun, tubuh indah dalam balutan serba putih yang menawan.

Jam dinding sudah menunjukkan pukul 5 petang dan untuk yang kedua kalinya Reyna menyediakan teh untuk Rivan. Sementara lelaki itu masih terlihat serius dengan laptop dan berkas-berkas yang harus disiapkan, sesekali Reyna memberikan arahan.

Tanpa sadar mata Reyna mengamati wajah Rivan yang memang menarik. “Sebenarnya cowok ini rajin dan baik, tapi kenapa sering sekali sikapnya membuatku emosi,” gumam Reyna, teringat permusuhannya dilingkungan sekolah.

Pemuda yang memiliki selisih umur empat tahun lebih muda dari dirinya. Sikap keras Reyna sebagai wakil kepala sekolah bidang kesiswaan berbanding terbalik dengan sikap Rivan yang kerap membela murid-murid yang melakukan pelanggaran disiplin. Agen Bola Terpercaya

“Tidak usah terburu-buru, minum dulu teh mu, lagipula diluar sedang hujan,” tegur Reyna yang berniat untuk bersikap lebih ramah.
“Hujan?… Owwhh Shiiit.. Ibuku pasti menungguku untuk makan malam,” umpat Rivan.

Reyna tertawa geli mendengar penuturan Rivan, “makan malam bersama ibumu? Tapi kamu tidak terlihat seperti seorang anak mami,” celetuk Reyna usil, membuat Rivan ikut tertawa, namun tangannya terus bergerak seakan tidak tergoda untuk meladeni ejekan Reyna.

“Bereeesss..” ucap Rivan tiba-tiba mengagetkan Reyna yang asik membalas BBM dari suaminya.
“Jadi apa aku harus pulang sekarang?” tanya Rivan, wajahnya tersenyum kecut saat mendapati hujan diluar masih terlalu lebat.

“Di garasi ada jas hujan, tapi bila kamu ingin menunggu hujan teduh tidak apa-apa,” tawar Reyna yang yakin motor Rivan tidak mungkin menyimpan jas hujan.
“Aku memilih berteduh saja, sambil menemani bu guru cantik yang sedang kesepian, hehehe…”
“Sialan, sebentar lagi suamiku pulang lhoo,”

Sesaat setelah kata itu terucap, Blackberry ditangan Reyna menerima panggilan masuk dari suaminya, tapi sayangnya suaminya justru memberi kabar bahwa dirinya sedikit terlambat untuk pulang, dengan wajah cemberut Reyna menutup panggilan.

“Ada apa, Rey..”
“Gara-gara kamu suamiku terlambat pulang,”

“Lhoo, kenapa gara-gara aku? Hahaha…” Rivan tertawa penuh kemenangan, dengan gregetan Reyna melempar bantal sofa. Obrolan kembali berlanjut, namun lebih banyak berkutat pada dinamika kehidupan disekolah dan hal itu cukup sukses mencairkan suasana.

Reyna seakan melihat sosok Rivan yang lain, lebih supel, lebih bersahabat dan lebih humoris. Jauh berbeda dari kacamatanya selama ini yang melihat guru cowok itu layaknya perusuh bagi dirinya, sebagai penegak disiplin para siswa.

“Aku heran, kenapa kamu justru mendekati anak-anak seperti Junot dan Darko, kedua anak itu tak lagi dapat diatur dan sudah masuk dalam daftar merah guru BK,” tanya Reyna yang mulai terlihat santai. “Seandainya bukan keponakan dari pemilik yayasan, pasti anak itu sudah dikeluarkan dari sekolah,” sambungnya.

“Yaa, aku tau, tapi petualangan mereka itu seru lho, mulai dari nongkrong di Mangga Besar sampai ngintipin anak cewek dikamar mandi, guru juga ada lho yang mereka intipin,” “Hah? yang benar? gilaaa, itu benar-benar perbuatan amoral,” Reyna sampai meloncat dari duduknya, berpindah ke samping Rivan.

“Tapi tunggu, bukankah itu artinya kamu mendukung kenakalan mereka, dan siapa guru yang mereka intip?” tanya Reyna dengan was-was, takut dirinya menjadi korban kenakalan kedua siswa nya.
“Sebanarnya mereka anak yang cerdas dan kreatif, bay
angkan saja, hanya dengan pipa ledeng dan cermin mereka bisa membuat periskop yang biasa digunakan oleh kapal selam,” ucap Rivan serius, memutar tubuhnya berhadapan dengan Reyna yang penasaran.

“Awalnya mereka cuma mengintip para siswi tapi bagiku itu tidak menarik, karena itu aku mengajak mereka mengintip di toilet guru, apa kamu tau siapa yang kami intip?”

Wajah Reyna menegang, menggeleng dengan cepat. “Siapa?,,,”

“kami mengintip guru paling cantik disekolah, Ibu Reyna Raihani!”
“Apa? gilaaa kamu Van, kurang ajar,” Reyna terkaget dan langsung menyerang Rivan dengan bantal sofa.
“ampuun Reeeey, Hahahaa,,”
“Sebenarnya kamu ini guru atau bukan sih? Memberi contoh mesum ke murid-murid, besok aku akan melaporkan mu ke kepala sekolah,” sembur Reyna penuh emosi.

Rivan berusaha menahan serangan dengan mencekal lengan Reyna.

“Hahahaa, aku bohong koq, aku justru mengerjai mereka, aku tau yang sedang berada di toilet adalah Pak Tigor dan apa kamu tau efeknya? Mereka langsung shock melihat batang Pak Tigor yang menyeramkan, Hahaha,” Reyna akhirnya ikut tertawa, tanpa sadar jika lengannya masih digenggam oleh Rivan.

“Tu kan, kamu itu sebenarnya lebih cantik jika sedang tertawa, jadi jangan disembunyikan dibalik wajah galakmu,” ucap Rivan yang menikmati tawa renyah Reyna yang memamerkan gigi gingsulnya. Seketika Reyna terdiam, wajahnya semakin malu saat menyadari tangan Rivan masih menggenggam kedua tangannya. Agen Casino Terpercaya

Tapi tidak berselang lama bentakan dari bibir tipisnya kembali terdengar, “Hey!.. Kalo punya mata dijaga ya,” umpat Reyna akibat jelajah mata Rivan yang menyatroni gundukan payudara dibalik gaun ketat yang tak tertutup oleh jilbab, Reyna beranjak dan duduk menjauh, merapikan jilbabnya.

“Punyamu besar juga ya,” balas Rivan, tak peduli akan peringatan Reyna yang menjadi semakin kesal lalu kembali melempar bantalan sofa. “Ga usah sok kagum gitu, lagian kamu pasti sudah sering mengintip payudara siswi disekolah?,,”

“Tapi punyamu spesial, milik seorang guru tercantik disekolah,”

“Sialan..” dengus Reyna merapikan jilbabnya, tapi sudut bibirnya justru tersenyum, karena tak ada wanita yang tidak suka bila dipuji. Wajah Reyna memerah , kalimat Rivan begitu vulgar seakan itu adalah hal yang biasa.

“Rey… liat dong,”

“Heh? Kamu mau liat payudaraku , gilaa… Benda ini sepenuhnya menjadi hak milik suamiku,” Wanita itu memeletkan lidahnya, tanpa sadar mulai terbawa sifat Rivan yang cuek.
“Ayo dooong, penasaran banget nih,”
“Nanti, kalo aku masuk kamar mandi intipin aja pake piroskop ciptaan kalian itu, hahaha..” Reyna tertawa terpingkal menutup wajahnya, tidak percaya dengan apa yang baru saja diucapkannya.

“Yaaa, paling ngga jangan ditutupin jilbab keq,” sungut Rivan, keqi atas ulah Reyna yang menertawakannya.
“Hihihi… Liat aja ya, jangan dipegang,” Ucap guru cantik itu dengan mata tertuju ke TV, lalu mengikat jilbabnya kebelakang.
“Kurang..”

“Apalagi? Bugil?” matanya melotot seolah-olah sedang marah, tetapi jantungnya justru berdebar kencang, menantang hatinya sejauh mana keberanian dirinya.
“satu kancing aja,”
“Dasar guru mesum,” Reyna lagi-lagi memeletkan lidahnya lalu kembali menolehkan wajahnya ke TV, namun tangannya bergerak melepas kancing atas.

Tapi tidak berhenti sampai disitu, karena tangannya terus bergerak melepas kancing kedua lalu menyibak kedua sisinya hingga semakin terbuka, membiarkan bongkahan berbalut bra itu menjadi santapan penasaran mata Rivan. Entah apa yang membuat Reyna seberani itu, untuk pertama kalinya dengan sengaja menggoda lelaki lain dengan tubuh nya.

“Punyamu pasti lebih kencang dibanding milik Anita,” sambung Rivan, matanya terus terpaku ke dada Reyna sambil mengusap-usap dagu yang tumbuhi jambang tipis, seolah menerawang seberapa besar daging empuk yang dimiliki wanita cantik itu. Tapi kata-kata Rivan justru membuat Reyna kaget, bingung sekaligus penasaran. “Hhmmm.. Ada hubungan apa antara dirimu dan Bu Nita?”

“Tidak ada, aku hanya menemani wanita itu, menemani malam-malamnya yang sepi,”
“Gilaaa.. Apa kamu… eeeenghhh,,,”

“Maksudmu aku selingkuhan Bu Anita kan? Hahaha…” Rivan memotong kalimat Reyna setelah tau maksud kalimat yang sulit diucapkan wanita itu. “Bisa dikatakan seperti itu, hehehe.. Tapi kami sudah mengakhirinya tepat seminggu yang lalu,”

“Kenapa?” sambar Reyna yang tiba-tiba penasaran atas isu skandal yang memang telah menyebar dikalangan para guru mesum. Rivan menghela nafas lalu menyandarkan tubuhnya. “Suaminya curiga dengan hubungan kami, meski Anita menolak untuk mengakhiri aku tetap harus mengambil keputusan itu, resikonya terlalu besar,”

“Apa kamu mencintai Bu Anita?”

Rivan tidak langsung menjawab tapi justru mengambil rokok dari kantongnya, setelah tiga jam lebih menahan diri untuk tidak menghisap lintingan tembakau dikantongnya, akhirnya lelaki itu meminta izin, “Boleh aku merokok?”

“Silahkan..” jawab Reyna cepat.

“Aku tidak tau pasti, Anita wanita yang cantik, tapi dia bukan wanita yang kuidamkan,” beber lelaki itu setelah menghembuskan asap pekat dari bibirnya. Tapi wajah wanita didepannya masih menunjukkan rasa penasaran, “lalu apa saja yang sudah terjadi antara dirimu dan Anita?” cecarnya.

“Hahahaha.. Maksudmu apa saja yang sudah kami lakukan?”

Wajah Reyna memerah karena malu, Rivan dengan telak membongkar kekakuannya sebagai seorang wanita dewasa. “Anita adalah wanita bersuami, artinya kau tidak berhak untuk menjamah tubuhnya,” ucap Reyna berusaha membela keluguan berfikirnya.

Rivan tersenyum kecut, mengakui kesalahannya, “Tak terhitung lagi berapa kali kami melakukannya, mulai dari dirumahku, dirumahnya, bahkan kami pernah melakukan diruang lab kimia, desah suaranya sebagai wanita yang kesepian benar-benar menggoda diriku, rindu pada saat-saat aku menghamburkan spermaku diwajah cantiknya.”

Seketika wajah Reyna terasa panas membayangkan petualangan, Anita, “Kenapa kamu tidak menikah saja?” tanya Reyna berusaha menetralkan debar jantungnya. “Belum ada yang cocok,” jawab Rivan dengan simpel, membuat Reyna menggeleng-gelengkan kepala, wanita itu mengambil teh dimeja dan meminumnya.
“Rey.. selingkuhan sama aku yuk..”

Brruuuuuffftttt…
Bibir tipis Reyna seketika menghambur air teh dimulutnya.

“Dasar guru mesum,” umpat Reyna membuang wajahnya, yang menampilkan ekspresi tak terbaca, kejendela yang masih mempertontonkan rinai hujan yang justru turun semakin deras.

“Aku masak dulu, lapar nih,” ucap Reyna, beranjak dari sofa berusaha menghindar dari tatapan Rivan yang begitu serius, jantungnya berdegub keras masih tidak percaya dengan apa yang diucapkan Rivan.

“Rey…” Panggilan Rivan menghentikan langkah wanita itu.
“Kenapa wajahmu jadi pucat begitu, tidak perlu takut aku cuma bercanda koq,” ujar lelaki itu sambil terkekeh.
“Siaaal, ni cowok sukses mengerjai aku,” umpat hati Reyna.

“Aku tau koq, kamu tidak mungkin memiliki nyali untuk menggoda guru super galak seperti aku,” ucapnya sambil memeletkan lidah. Diam-diam bibirnya tersenyum saat Rivan mengikuti ke dapur. Hatinya mencoba berapologi, setidaknya lelaki itu dapat menemaninya saat memasak.

Reyna dengan bangga memamerkan keahliannya sebagai seorang wanita, tangannya bergerak cepat menyiapkan dan memotong bumbu yang diperlukan, sementara Rivan duduk dikursi meja makan dan kembali berceloteh tentang kenakalan dan kegenitan para siswi disekolah yang sering menggoda dirinya sebagai guru mesum jomblo tampan.

“Awas aja kalo kamu sampai berani menyentuh siswi disekolah,” Reyna mengingatkan Rivan sambil mengacungkan pisau ditangan, dan itu membuat Rivan tertawa terpingkal.
“Ckckckck, mahir juga tangan mu Rey,” Rivan mengkomentari kecepatan tangan Reyna saat memotong bawang bombay.
“Hahaha… ayo sini aku ajarin..” tawar Reyna tanpa menghentikan aksinya.

Tapi Reyna terkejut ketika Rivan memeluknya dari belakang, bukan.. cowok itu bukan memeluk, karena tangannya mengambil alih pisau dan bawang yang ada ditangannya. “Ajari aku ya..” bisik Rivan lembut tepat ditelinganya.

Kepala wanita itu mengangguk, tersenyum tersipu. Tangannya terlihat ragu saat menyentuh dan menggenggam tangan Rivan yang ditumbuhi rambut-rambut halus. Perlahan pisau bergerak membelah daging bawang.

“tangan mu terlalu kaku, Hahahaa,”
“Ya maaf, tanganku memang tidak terlatih melakukan ini, tapi sangat terlatih untuk pekerjaan lainnya.”
“Oh ya? Contohnya seperti apa? Membuat periskop untuk mengintip siswi dikamar mandi? Hahaha,,,”

“Bukan, tapi tanganku sangat terampil untuk memanjakan wanita cantik seperti mu,” ucap lelaki itu, melepaskan pisau dan bawang, beralih mengusap perut Reyna yang datar dan perlahan merambat menuju payudara yang membusung.

“Hahaha, tidaak tidaaak, aku bukan selingkuhanmu, ingat itu,” tolak Reyna berusaha menahan tangan Rivan.
“Rey, jika begitu jadilah teman yang mesra untuk diriku, dan biarkan temanmu ini sesaat mengangumi tubuhmu, bila tanganku terlalu nakal kamu bisa menghentikanku dengan pisau itu, Deal?…”

Tubuh Reyna gemetar, lalu mengangguk dengan pelan, “Ya, Deaaal.” ucap bibir tipisnya, serak. Reyna kembali meraih pisau dan bawang dan membiarkan tangan kekar Rivan dengan jari-jarinya yang panjang menggenggam payudara nya secara utuh. Memberikan remasan yang lembut, memainkan sepasang bongkahan daging dengan gemas.

Mata Reyna terpejam, kepalanya terangkat seiring cumbuan Rivan yang perlahan merangsek keleher yang masih terbalut jilbab. Romansa yang ditawarkan Rivan dengan cepat mengambil alih kewarasan Reyna.

“Owwhhhh,” bibir Reyna mendesah, kakinya seakan kehilangan tenaga saat jari-jari Rivan berhasil menemukan puting payudara yang mengeras.
“Rivaaaan,” ucap wanita itu sesaat sebelum bibirnya menyambut lumatan bibir yang panas.

Membiarkan lelaki itu menikmati dan bercanda dengan lidahnya, menari dan membelit lidahnya yang masih berusaha menghindar. “Eeeemmhhh…” wajahnya terkaget, Rivan dalam hisapan yang lembut membuat lidah nya berpindah masuk menjelajah mulut lelaki itu dan merasakan kehangatan yang ditawarkan.

Menggelinjang saat lelaki itu menyeruput ludah dari lidahnya yang menari. Jika Reyna mengira permainan ini sebatas permainan pertautan lidah, maka wanita itu salah besar, karena jemari dari lelaki yang kini memeluknya penuh hasrat itu mulai menyelusup kebalik kancingnya.

“Boleh?”

Wanita berbalut jilbab itu tak berani menjawab, hanya memejamkan matanya dan menunggu keberanian silelaki untuk menikmati tubuhnya. Begitu pun saat tangan Rivan berusaha menarik keluar bongkahan daging padat yang membusung menantang dari bra yang membekap.

“Oooowwwhh, eemmppphhh,” tubuh Reyna mengejang seketika, tangan lentiknya tak mampu mengusir tangan Rivan, hanya mencengkram agar jemari lelaki itu tidak bergerak terlalu lincah memelintir puting mungilnya.

“Rey.. Kenapa kamu bisa sepasrah ini?.. Benarkah kamu menyukai lelaki ini?.. Bukan.. Ini bukan sekedar pertemanan Rey.. Meski kau tidak menyadari aku bisa merasakan bibit rasa suka dihatimu akan lelaki itu, Rey…” hati kecil Reyna mencoba menyadarkan. Tapi wanita itu justru berusaha memungkiri penghianatan cinta yang dilakoninya, berusaha mengenyahkan bisikan hati dengan memejamkan matanya lebih erat.

Wajahnya mendongak ke langit rumah, berusaha lari dari batinnya yang berteriak memberi peringatan. Pasrah menunggu dengan hati berdebar saat tangan Rivan mulai mengangkat dasternya keatas dan dengan pasti menyelinap kebalik kain kecil, menyelipkan jari tengah kecelah kemaluan yang mulai basah.

“Ooowwwhhhhhhh,” bibirnya mendesah panjang, berusaha membuka kaki lebih lebar seakan membebaskan jari-jari Rivan bermain dengan klitorisnya.

Kurihiiiing…
Kurihiiiing…

Dering HP mengagetkan keduanya, membuat pergumulan birahi itu terlepas. Kesadaran Reyna mengambil alih seketika, dirinya semakin shock melihat nama yang tertera dilayar HP, ‘Mas Anggara’.

“Hallo mas, halloo,,” sambut Reyna diantara usahanya mengkondisikan jantung yang berdegup kencang.
“Mas sedang dimana, kenapa belum pulang?” ucap Reyna kalut dengan rasa takut dan bersalah yang begitu besar, seolah suaminya kini berdiri tepat didepannya.
“Mas masih dirumah sakit, mungkin tidak bisa pulang malam ini,” jawab suara besar diujung telpon.
“Iya.. Iya tidak apa-apa, Mas kerja saja yang tenang,”

Setelah mengucap salam, sambungan telpon dimatikan. Reyna berdiri bersandar dimeja, menghela nafas panjang lalu meneguk liur untuk membasahi kerongkongannya yang terasa sangat kering.

“Rivan, terimakasih untuk semuanya, tapi kau bisa pulang sekarang,”
“Tidak Rey, kita harus menyelesaikan apa yang sudah kita mulai,”

“Apa maksudmu?… Tidak.. Aku bukan seperti Anita yang kesepian, aku tidak memiliki masalah apapun dengan suamiku, keluarga yang kumiliki saat ini adalah keluarga yang memang kuidamkan…” wajah Reyna menjadi pucat saat Rivan mendekat menempel ketubuhnya, mengangkat dasternya lebih tinggi, memeluk dan meremas pantat yang padat berisi.

“Rivan, ingat!.. Kamu seorang guru, bukan pemerkosa..” didorongnya tubuh lelaki itu, tapi dekapan tangan Rivan terlalu erat.
“Yaa.. Aku memang bukan pemerkosa, aku hanya ingin menyelesaikan apa yang sudah kita mulai,”
“Gila kamu Rivan, aku adalah istri yang setia, tidak seperti wanita-wanita yang pernah kau tiduri ”
“Ohh ya?,,” Rivan tersenyum sambil menurunkan celananya dan memamerkan batang yang telah mengeras, batang besar yang membuat Reyna terhenyak.

Tiba-tiba dengan kasar Rivan mencengkram tubuh Reyna dan mendudukkan wanita itu diatas meja, dengan gerakan yang cepat menyibak celana dalam Reyna, batang besar itu telah berada didepan bibir senggama Reyna.

“Jangan Rivaaan, aku bisa berbuat nekat,” Reyna mulai menangis ketakutan, meraih garpu yang ada disampingnya, mengancam Rivan.
“Kenapa mengambil garpu, bukankah disitu ada pisau?” Rivan terkekeh, wajah yang tadi dihias senyum menghanyutkan kini berubah begitu menakutkan.
“Aaaaaaaaaaaggghh…” Rivan berteriak kesakitan saat Reyna menusukkan garpu ke lengan lelaki itu.

Lelaki itu menepis tangan Reyna, merebut garpu dan melemparnya jauh, darah terlihat merembes dikemeja lelaki itu. “Bila ingin mengakhiri ini seharusnya kau tusuk tepat di ulu hatiku,” ucapnya dengan wajah menyeringai sekaligus menahan sakit.

“Tidaaak Rivaaaan, hentikaaan,” Reyna berhasil berontak mendorong tubuh besar Rivan lalu berlari kearah kamar, tapi belum sempat wanita itu menutup kamar Rivan menahan dengan tangannya.

“Aaaaagghh…” Rivan mengerang kesakitan akibat tangannya yang terjepit daun pintu, lalu dengan kasar mendorong hingga membuat Reyna terjengkal.
“Dengar Rey.. Sudah lama aku menyukai mu, dan aku berusaha menarik perhatianmu dengan menentang setiap kebijakan mu,”

Dengan kasar Rivan mendorong wanita itu kelantai dan melucuti pakaiannya, Reyna berteriak meminta tolong sembari mempertahankan kain yang tersisa, tapi derasnya hujan mengubur usahanya. Lelaki itu berdiri mengangkangi tubuh Reyna yang terbaring tak berdaya, memamerkan batang besar yang mengeras sempurna, kejantanan yang jelas lebih besar dari milik suaminya.

Wanita itu menangis saat Rivan dengan kasar menepis tangan yang masih berusaha menutupi selangkangan yang tak lagi dilindungi kain. “Cuu.. Cukup Rivan, sadarlaaah..” sambil terus menangis Reyna berusaha menyadarkan, tapi usahanya sia-sia, mata lelaki itu terhiptonis pada lipatan vagina dengan rambut kemaluan yang terawat rapi.

Dengan kekuatan yang tersisa Reyna berusaha merapatkan kedua pahanya, namun terlambat, Rivan telah lebih dulu menempatkan tubuhnya diantara paha sekal itu dan bersiap menghujamkan kejantanannya untuk mengecap suguhan nikmat dari wanita secantik Reyna.

“Ooowwhhh… Vagina mu lebih sempit dibanding milik Anita,” desah Rivan seiring kejantanan yang menyelusup masuk ke liang si betina.

“Oohhkk.. Oohhkk..” bibir Reyna mengerang menerima hujaman yang dilakukan dengan kasar, semakin keras batang besar itu menghujam semakin kuat pula jari-jari Reyna mencakar tangan Rivan, air matanya tak henti mengalir.

Tubuhnya terhentak bergerak tak beraturan, Rivan menyetubuhinya dengan sangat kasar. Wajah lelaki itu menyeringai saat melipat kedua paha Reyna keatas, memberi suguhan indah dari batang besar yang bergerak cepat menghujam celah sempit vagina Reyna.

“Sayang, aku bisa merasakan lorong vaginamu semakin basah, ternyata kamu juga menikmati pemerkosaan ini, hehehe”

Plak…

Pertanyaan Rivan berbuah tamparan dari tangan Reyna, tapi lelaki itu justru tertawa terpingkal, lidahnya menjilati jari-jari kaki Reyna yang terangkat keatas dengan pinggul yang terus bergerak menghujamkan batang pusakanya. Puas bermain dengan kaki Reyna, tangan lelaki itu bergerak melepas bra yang masih tersisa.

“Ckckckck… Sempurna, sejak dulu aku sudah yakin payudaramu lebih kencang dari milik Anita,”

Tubuh Reyna melengkung saat putingnya dihisap lelaki itu dengan kuat. “Oooooouugghh..”

“Pasti Anita malam ini tidak bisa tidur karena menunggu batang kejantanan yang kini sedang kau nikmati, Oowwhhh kecantikan, keindahan tubuh dan nikmatnya vaginamu benar-benar membuatku lupa pada beringasnya permainan Anita,” ucap Rivan, membuat Reyna kembali melayangkan tangannya kewajah lelaki itu.

“Bajingan kamu, Van..” umpat wanita itu, tapi tak berselang lama bibirnya justru mendesah saat lidah Rivan bermain ditelinganya. “Oooowwwhhhhh….”
“Hehehe…akuilah, jika kamu juga menikmati pemerkosaan ini, rasakanlah besarnya penisku divagina sempit mu ini,”

Mata wanita itu terpejam, air matanya masih mengalir dengan suara terisak ditingkahi lenguhan yang sesekali keluar tanpa sadar. Hatinya berkecamuk, sulit memang memungkiri kenikmatan yang tengah dirasakan seluruh inderanya.

“Reeeey… Sadarlah, kamu wanita baik-baik, seorang istri yang setia, setidaknya tutuplah mulut nakal mu itu,” teriak hatinya mencoba mengingatkan, membuat airmata Reyna semakin deras mengalir.

Yaa.. meski hatinya berontak, tapi tubuhnya telah berkhianat, pinggulnya tanpa diminta bergerak menyambut hentakan batang yang menggedor dinding rahim. Rivan tersenyum penuh kemenangan.

“Berbaliklah, sayang,” pintanya.

Tubuh Reyna bergerak lemah membelakangi Rivan, pasrah saat lelaki itu menarik pantatnya menungging lebih tinggi, menawarkan kenikmatan dari liang senggama yang semakin basah. Jari-jari lentiknya mencengkram sprei saat lelaki dibelakang tubuhnya menggigiti bongkahan pantatnya dengan gemas.

“Oooowwwhhhh… Eeeeeenghhh..” pantat indah yang membulat sempurna itu terangkat semakin tinggi ketika lidah yang panas memberikan sapuan panjang dari bibir vagina hingga keliang anal.

Rasa takut dan birahi tak lagi mampu dikenali, matanya yang sendu mencoba mengintip pejantan yang membenamkan wajah tampannya dibelahan pantat yang bergetar menikmati permainan lidah yang lincah menari, menggelitik liang vagina dan anusnya, suatu sensasi kenikmatan yang tak pernah diberikan oleh suaminya.

Isak tangis bercampur dengan rintihan. Hati yang berontak namun tubuhnya tak mampu berdusta atas lenguhan panjang yang mengalun saat batang besar Rivan kembali memasuki tubuhnya, menghantam bongkahan pantatnya dengan bibir menggeram penuh nafsu.

Begitupun saat Rivan meminta Reyna untuk menaiki tubuhnya, meski airmatanya jatuh menetes diatas wajah sipejantan tapi pinggul wanita itu bergerak luwes dengan indahnya menikmati batang besar yang dipaksa untuk masuk lebih dalam.

“Aaaawwhhhh Rey… Boleh aku menghamilimu?” ucap Rivan saat posisinya kembali berada diatas tubuh Reyna, menunggangi tubuh indah yang baru saja meregang orgasme.

Wanita itu membuang wajahnya, bibirnya terkatup rapat tak berani menjawab hanya gerakan kepala yang menggeleng menolak, matanya begitu takut beradu pandang dengan mata Rivan yang penuh birahi.

Batang besar Rivan bergerak cepat, orgasme yang diraih siwanita membuat lorong senggamanya menjadi sangat basah. Hentakan pinggul lelaki itu begitu cepat dan kuat seakan ingin membobol dinding rahim, memaksa Reyna berpegangan pada besi ranjang penikahannya untuk meredam kenikmatan yang didustakan.

“Reeeeey.. Boleh aku menghamilimuuu?.. Aaaagghhh, cepaaaaat jawaaaaaaaab,” teriak Rivan yang menggerakkan pinggulnya semakin cepat.

Reyna menatap Rivan dengan kepala yang menggeleng. “Jangaaan.. kumohooon jangaaaan… Rivan tersenyum menyeringai “Kamu yakin? Tidak ingin merasakan sensasi bagaimana sperma lelaki lain menghambur dirahim mu?”

Plaaak..

Reyna kembali menampar wajah Rivan untuk yang kesekian kalinya, tapi kali ini jauh lebih keras. Wanita menjerit terisak, tapi kaki jenjangnya justru bergerak melingkari pinggul silelaki, tangannya memeluk erat seakan ingin menyatukan dua tubuh.

Tangis Reyna semakin menjadi, menangisi kekalahannya. Tangannya menyusuri punggung Rivan yang berkeringat lalu meremas pantat yang berotot seakan mendukung gerakan Rivan yang menghentak batang semakin dalam.

“Kamu jahaaaaat Rivaaaan.. jahaaaaat..” teriak Reyna seiring lenguh kenikmatan dari bibir silelaki.

Menghambur bermili-mili sperma dilorong senggama, menghantar ribuan benih kerahim siwanita yang mengangkat pinggulnya menyambut kepuasan silelaki dengan lenguh orgasme yang kembali menyapa, tubuh keduanya mengejat, menggelinjang, menikmati suguhan puncak dari sebuah senggama tabu.

“Kenapa kau mempermainkan aku seperti ini,” isak Reyna dengan nafas memburu, tangannya masih meremasi pantat berotot Rivan yang sesekali mengejat untuk menghantar sperma yang tersisa kerahim si wanita.

“Karena aku mencintaimu,” bisik lembut si penjantan ditelinga betina yang membuat pelukannya semakin erat, membiarkan tubuh besar itu berlama-lama diatas tubuh indah yang terbaring pasrah. Membisu dalam pikiran masing-masing.

“Apa kamu bersedia menjadi teman selingkuhku?”

Reyna menggeleng dengan cepat, “Aku tidak berani, Rivan, Ooooowwhhhhhh..” wanita itu melepaskan pagutan kakinya dan mengangkang lebar, membiarkan silelaki kembali menggerakkan pingulnya dan memamerkan kehebatan kejantanannya dicelah sempit vagina Reyna.

“Tapi bagaimana bila aku memaksa?..”

“Itu tidak mungkin Oooowwhhh… Aku sudah bersuami dan memiliki anak, aaaahhhhhh…” Reyna menggelengkan kepala, berusaha kukuh atas pendirian, meski pinggul indahnya bergerak liar, tak lagi malu untuk menyambut setiap hentakan yang menghantar batang penis kedalam tubuhnya.

Reyna tak ingin berdebat, tangannya menjambak rambut Rivan saat bibir lelaki itu kembali berusaha merayu, membekap wajah Rivan pada kebongkahan payudara dengan puting yang mengeras.

“Kamu jahat, Van.. Tak seharusnya aku membiarkan lelaki lain menikmati tubuhku.. Ooowwwhh.. Ooowwwhhh…”

Setelahnya tak ada lagi kalimat lagi yang keluar selain desahan dan lenguhan dan deru nafas yang memburu. Hingga akhirnya bibir Rivan bersuara serak memanggil nama si wanita.

“Reeeeey… Boleeeehkaaan?”

Reyna menatap sendu wajah birahi Rivan, dengan kesadaran yang penuh wanita itu mengangguk lalu merentang kedua tangan dan kakinya, memberi izin kepada silelaki untuk kembali menghambur sperma kedalam rahimnya.

“Reeeey..” panggil lelaki itu kembali, membuat siwanita bingung, sementara tubuhnya telah pasrah menjadi pelampiasan dari puncak birahi Rivan.

Dengan wajah memelas tangan Rivan bergerak mengusap wajah Reyna, telunjuknya membelah bibir tipis siwanita.

“Dasar guru mesum, ” ucap Reyna sambil menampar pipi Rivan tapi kali ini dengan lembut,
“kamu menang banyak hari ini, Van..” ucapnya lirih dengan mata sembap oleh air mata.
“Boleeeh?..”

Reyna memalingkan wajahnya, lalu mengangguk ragu. Rivan bangkit mencabut batangnya lalu mengangkangi wajah guru cantik itu. Sudut mata Reyna menangkap wajah tampan silelaki yang menggeram sambil memainkan batang besar tepat didepan wajah nya.

Jemari lentiknya gemetar saat mengambil alih batang besar itu dari tangan Rivan. Memberanikan diri untuk menatap lelaki yang mengangkangi wajahnya, kepasrahan wajah seorang wanita atas lelaki yang menikmati tualang birahi atas tubuhnya.

“Aaaaaaaagghhh.. Aaaaagghhh.. Reeeeey..” wajah Rivan memucat seiring sperma yang menghambur kewajah cantik yang menyambut dengan mata menatap sendu. “Aaaaaagghhhh.. Sayaaaaaang..”

Tak pernah sekalipun Reyna menyaksikan seorang pejantan yang begitu histeris mendapatkan orgasmenya, dan tak pernah sekalipun Reyna membiarkan seorang pejantan menghamburkan sperma diwajah cantiknya. Dengan ragu Reyna membuka bibirnya, membiarkan tetesan sperma menyapa lidahnya. Batang itu terus berkedut saat jari lentik Reyna yang gemetar menuntun kedalam mulutnya.

Menikmati keterkejutan wajah Rivan atas keberaniannya. Bibirnya bergerak lembut menghisap batang Rivan, mempersilahkan lelaki itu mengosongkan benih birahi didalam bibir tipisnya.

“Ooooooowwwhhhhh.. Reeeeeeeey…” Rivan mengejat, menyambut tawaran Reyna dengan beberapa semburan yang tersisa.
“Cepatlah pulang.. Aku tidak ingin suamiku datang dan mendapati dirimu masih disini,” pinta Reyna setelah Rivan sudah mengenakan kembali seluruh pakaiannya.
“Masih belum puas?.. dasar guru mesum,” ucapnya ketus saat Rivan memeluk dari belakang.
“aku bukanlah selingkuhan mu, catat itu,” Reyna menepis tangan Rivan.

“Yaa.. Aku akan mencatatnya disini, disini, dan disini..” jawab Rivan sambil menunjuk bibir tipis Reyna, lalu beralih meremas payudara yang membusung dan berakhir dengan remasan digundukan vagina.

“Dasar gila ni cowok,” umpat hati Reyna, yang kesal atas ulah Rivan tetap terlihat cuek setelah apa yang terjadi.

Reyna menatap punggung Rivan saat lelaki itu melangkah keluar, hujan masih mengguyur bumi Jakarta dengan derasnya, dibibir pintu lelaki itu berhenti dan membalikkan tubuhnya, menampilkan wajah serius.

“Maaf Rey, sungguh ini diluar dugaanku, semua tidak lepas dari khayalku akan dirimu, tapi aku memang salah karena mencintai wanita bersuami, Love you Rey..” ucap Rivan lalu melangkah keluar kepelukan hujan.

“Rivaaan.. Love u too,” teriak Reyna dengan suara serak, membuat langkah Rivan terhenti
“Tapi maaf aku tidak bisa jadi selingkuhanmu.” lanjutnya.

“Mamaaaaaa, Elminaaaa pulaaaaang,” teriak seorang bocah dengan ceria, coba mengagetkan wanita yang sibuk merapikan tempat tidur yang berantakan, gadis kecil itu langsung menghambur memeluk tubuh Reyna, ibunya.

Usaha gadis itu cukup berhasil, Reyna sama sekali tidak menduga, Ermina, putri kecilnya yang beberapa hari menginap ditempat kakeknya dijemput oleh suaminya.

“Ini buat mama dari Elmina,” ucapnya cadel, menyerahkan balon gas berbentuk amor yang melayang pada seutas tali. “Elmina kangen mamaa, selamat valentine ya, ma, Semoga mama semakin cantik dan sehat selalu..”

Wajah mungil itu tersenyum ceria, senyum yang begitu tulus akan kerinduan sosok seorang ibu. Reyna tak lagi mampu membendung air mata, menatap mata bening tanpa dosa yang menunjukkan kasih sayang seorang anak. Sementara dibelakang gadis itu berdiri suaminya, Anggara, sambil menggenggam balon yang sama.

“Selamat valentine, sayang,” ucap Anggara, tersenyum dengan gayanya yang khas, senyum lembut yang justru mencabik-cabik hati Reyna.

Seketika segala sumpah serapah tertumpah dari hatinya, atas ketidaksetiaannya sebagai seorang istri, atas ketidak becusannya menyandang sebutan seorang ibu.

“Maafin Mama, sayang,” ucap Reyna tanpa suara, memeluk erat tubuh mungil Ermina, terisak dengan tubuh gemetar. “Maafin mama, Pah,”

Tengah malam, Reyna berdiri dibalik jendela, menatap gulita dengan gundah. Suaminya dan Ermina telah terlelap.

PING!…

Tanpa hasrat wanita itu membuka BBM yang ternyata menampilkan pesan dari Rivan.

“Besok pukul 12 aku tunggu di lab kimia, ”

Jemari kiri Reyna erat menggenggam tangan suaminya yang tengah pulas tertidur, sementara tangan kanannya menulis pesan dengan gemetar. “Ya, aku akan kesitu,”

Thursday, October 11, 2018

Cerita Sex Birahi: Tumbal Pengasihan Genderuwo

Catatan: (a) Sebagian tokoh dalam cerita seks birahi ini digambarkan memiliki latar belakang (profesi, kelas sosial, suku dll.) tertentu. Tindakan mereka dalam cerita seks birahi ini adalah fiksi dan belum tentu menggambarkan orang-orang berlatar belakang serupa di dunia nyata. (b) Semua tokoh dalam cerita seks birahi ini adalah fiktif. Kemiripan nama tokoh, tempat, lembaga dan lain-lain hanyalah kebetulan belaka dan bukan kesengajaan.



Cerita Sex Birahi: Tumbal Pengasihan Genderuwo
Malam yang sangat gelap mencekam mengiringi kedatangan sebuah mobil Toyota Kijang memasuki suatu desa yang cukup terpencil. Desa itu bernama desa Cimani Gunderowo, yang dalam bahasa Indonesia berarti Air Sperma Gunderewo. Suatu nama yang tak lazim untuk suatu desa. Desa itu terletak di suatu pedalaman hutan kota Banten. Kurang lebih 150 KM ke arah barat dari pusat kota. Sangat jauh dari hiruk pikuknya kendaraan, dan sangat jarang terjamah oleh orang luar.

Terbukti dari akses jalan yang masih sangat minim untuk menuju ke sana. Sandra, Gisti, dan Gilang. Mereka adalah reporter dari salah satu stasiun televisi lokal. Mereka diberi tugas untuk meliput desa tersebut. Karena ada beberapa laporan masyarakat yang masuk pada pihak redaksi tentang desa tersebut.

Cerita Sex Birahi | Setelah sekian lama berkendara, mereka pun menepikan mobil mereka ketika telah menemukan tempat yang mereka cari. Mereka akhirnya tiba di desa Cimani Gunderewo. Desa itu terlihat sangatlah menyeramkan. Pohon-pohon besar tumbuh mengelilingi desa tersebut. Lolongan anjing sayup-sayup terdengar di dalam kelebatan hutan, memecah keheningan malam. Sungguh, semakin membuat ngeri tempat itu.

“Lang, anter dong. Gue kebelet pipis nih.” ucap Sandra kepada Gilang.

“Yaelah, elu. Yaudah deh, yuk gue anter.” balas Gilang.

“Terus gue gimana guys?” ucap Gisti.

“Elu diem aja disini Ti. Lu jagain mobil. Siapa tau ada warga yang lewat, lu kan bisa minta ijin sekalian tempat tinggal sama mereka.” ucap Gilang.

“Tapi gue takut sendirian disini.”

“Udah tunggu aja Ti. Bentar doang kok.”

“Ayoo cepetan Lang, gue udah kebelet.” lanjut Sandra seraya menarik tangan Gilang memasuki hutan.

Mereka pun mulai menghilang di balik pepohonan, meninggalkan Gisti sendirian di dalam mobil. Di suatu desa yang sangat menyeramkan. Gisti, gadis kelahiran Bandung 21 tahun yang lalu. Dia memiliki paras yang cantik khas mojang kota kembang, dengan kulit yang berwarna putih bersih. Gadis ini memiliki tinggi 159 cm dan berat 42 kg. Payudaranya berukuran 36 B, juga pinggul yang semok membuat dia sangat menarik setiap kaum Adam yang memandangnya. Gisti memiliki seorang tunangan yang sudah ia pacari semenjak ia duduk di kelas 2 SMA. Umur mereka terpaut 5 tahun. Namun Gisti sangat mencintai tunangannya saat ini, karena dia tak pernah mau merenggut keperawanan Gisti semenjak mereka pacaran dulu. Paling banter mereka hanya melakukan piting dan Blow Job saja. Pria itu sangat menghormati Gisti sebagai perempuan, dengan tetap menjaga keperawanan gadis ini.

20 menit sudah Gisti duduk termenung di dalam mobil sendirian. Dia sudah mengerti lagi dengan kelakuan kedua temannya tadi. Mereka pasti tengah bersetubuh di dalam hutan itu. Karena bosan, Gisti pun mencoba untuk berbaring di sana. Namun belum lama dia berbaring, terdengar suara ketukan di kaca samping mobilnya. Dan Gisti pun segera menoleh ke asal suara. Dia mendapati sesosok pria paruh baya tengah berdiri di luar mobilnya. Ki Samad, panggil saja begitu. Lelaki ini berusia sekitar 86 tahun. Seluruh wajahnya penuh dengan kerutan.

Dia memiliki tinggi sekitar 152 cm dan berat 60 kg. Namun dia masih bisa berdiri tegap dalam usianya yang hampir satu abad itu. Akhirnya Gisti pun menghampiri kakek itu. Dia mengemukakan maksud kedatangan nya dan kedua teman-temannya pada ki Samad.

Gisti pun meminta sebuah tempat tinggal sementara untuk mereka tinggali selama beberapa hari di desa tersebut. Ki Samad pun mengangguk mengerti, dan mengajak Gisti ke suatu rumah milik warga tak jauh dari mobil mereka. Gisti mengunci pintu mobilnya, kemudian mengikuti ki Samad memasuki sebuah rumah. Meskipun hanya sebuah rumah yang terbuat dari anyaman bambu, rumah itu cukup nyaman dan layak untuk ditinggali. Akhirnya Gisti pun berterima kasih kepara ki Samad. Sebuah senyum terlukis indah di bibir tipisnya.

“Eh maaf Ki, teman-teman saya sudah lebih dari 1 jam memasuki hutan disana. Kalo aki ketemu sama mereka, tolong beri tahu mereka kalo saya ada disini ya ki. Mereka memakai baju yang sama seperti yang saya pakai ini ki. Mohon maaf sebelumnya kalo merepotkan.” ucap Gisti pada ki Samad.

Ki Samad hanya mengangguk mengerti, seraya menyuguhkan makanan pada Gisti. Lelaki ini tahu kalau Gisti sedang lapar. Dan mereka pun makan bersama malam itu. Meski hanya sekedar makanan yang sederhana, namun cukup membuat Gisti merasa kenyang. Setelah makan, Gisti pun mulai mengambil hand phone nya dan menyeting recorder. Dia ingin mengorek informasi desa ini pada ki Samad. Gisti pun melayangkan beberapa pertanyaan pada kakek itu.

“Eh ki, maaf sebelumnya. Saya dari stasiun tv XXX dateng kesini untuk mencari informasi dari desa ini. Kalo boleh tau, kenapa desa ini dikasih nama Cimani Gunderewo yaa ki?” tanya gadis itu.

“Oh itu, jadi ceritanya gini neng. Dulu, banyak orang yang dateng kesini untuk pengasihan. Pengasihan Gunderewo tepatnya. Jadi, setiap orang yang mau kaya dateng ke sini sambil bawa perawan sebagai tumbal.” ucap ki Samad bercerita.

“Nah, terus perawan itu dibawa ke gua di hutan sebelah sana. Gua itu dipercaya tempat tinggal nya Gunderewo neng.” lanjutnya.

“Oh gitu ki. Terus para perawan itu di apain lagi ki? Apakah gunderewo itu menampakan diri sama warga disini? Terus, para perawan yang dijadikan tumbal, apakah mereka terlihat kembali?” Tanya Gisti memberondong.

“Yaa, para perawan itu di letakan di suatu ruangan di dalam gua itu. Terus tumbal itu di ikat kedua kaki dan tangannya membentuk huruf X dalam keadaan telanjang, diatas batu persembahan.” jawab ki Samad Serius.

“Gunderewo itu gak pernah menampakan diri sama sembarangan orang neng. Dia hanya menampakan diri ke kuncen ataupun gadis tumbalnya saja. Mereka yang dijadikan tumbal pengasihan Gunderewo tak pernah terlihat keluar lagi dari gua itu neng, warga sini percaya kalo gadis yang ditumbalkan itu dijadikan gundik sama Gunderewo disana.” lanjutnya seraya menatap nanar ke Gisti.

“Oh, iyaa ki. Aki sendiri pernah melihat sosok Gunderewo itu gak?” Tanya Gisti lagi.

Ki Samad hanya mengangguk, sambil pandangan matanya tak pernah lepas dari tubuh seksi Gisti. Membuat Gisti merasa risih dibuatnya.

“Kalo saya boleh tau, gimana rupa dari Gunderewo itu ki?”

“Kenapa neng nanyain hal itu?” jawab ki Samad galak.

“Maaf ki. Ini info yang sangat penting dalam liputan saya. Hal ini akan jadi berita yang sangat penting buat masyarakat luas. Jadi saya mohon maaf kalo aki merasa terganggu dengan pertanyaan saya barusan.” jawab Gisti tertunduk.

“Kalo neng bener-bener ingin tahu rupa dari Gunderewo itu, neng harus masuk ke gua itu. Soalnya saya tau kalo neng ini masih perawan kan. Gunderewo itu pasti dengan senang hati menampakan wujudnya sama neng.” ucap ki Samad seraya tersenyum pada Gisti, menampakan susunan giginya yang telah menghitam.

Gisti nampak terkaget dibuatnya, dia bergidik ketakutaan. Namun tak lama kemudian, Gisti merasa pusing dikepalanya. Seluruh pandangan nya mulai mengabur, dan dia pun jatuh pingsan. Ki Samad tersenyum melihat itu. Semua rencananya berhasil.

########################

Kedua tubuh sedang bergumul di dalam rimbunnya semak-semak. Mereka sedang saling tindih dalam keadaan yang telanjang. Yaa, kedua sosok itu merupakan Sandra dan Gilang. Gilang sedang memacu tubuh montok Sandra dalam keadaan missionaris. Kedua kaki Sandra berada di bahu Gilang, membuat vaginanya terangkat menghadap Gilang. Hal ini membuat penis besarnya keluar masuk dengan lancar divagina Sandra.

“Aagghh, terus lang. Aggghh, kontol lu enak banget. Agghh,, ogghhh,, yaa terus.. Aggghh..” desah Sandra menikmati genjotan Gilang.

“Aggghhh, iyaa dra. Memek lu juga enak banget.. Agghhh… Kontol gue berasa di pijet di dalam memek lu.. Agghhh…” jawab Gilang sambil mempercepat genjotannya.

Sandra hanya mendesah dan mengerang dibuatnya. Kedua matanya terpejam, menikmati gesekan antara kelamin mereka. Sandra seakan terbang ke langit ke tujuh dibuatnya.

“Aaggghhh,, dra, gue mau keluar.. Aaggghhh… Ooggghh..” ucap Gilang sambil mulai menciumi payudara Sandra.

Sandra kelojotan dibuatnya. Dan beberapa detik kemudian, dia merasakan cairan hangat yang muncrat di dalam vaginanya. Ternyata Gilang telah mendapat orgasmenya yang kedua malam itu.

Tubuh Gilang pun ambruk menimpa tubuh Sandra. Sandra masih terpejam menikmati denyutan penis Gilang di dalam vaginanya. Dia memeluk tubuh Gilang dengan erat. Namun dia pun menjerit ketika membuka matanya. Dia melihat ada beberapa sosok yang mengelilingi mereka berdua, Sandra hitung ada sekitar tujuh orang.

Sandra pun segera membangunkan Gilang, namun tak ada respon darinya. Dia pun menggulingkan tubuh Gilang ke samping, dan memcoba memungut pakaiannya untuk menutupi ketelanjangannya. Sandra menjerit kembali ketika dia melihat kedua tangannya yang berlumuran darah segar. Dia sapukan pandangannya ke arah Gilang, dan menemukan luka sayatan di tubuh Gilang. Ternyata Gilang telah mati di tangan para penduduk setempat.

“Aaaarrrggghhhh! Siapa kalian?” jerit Sandra.

“Biadab kalian! Kalian telah membunuh Gilang. Dasar manusia biadab kalian!” Lanjutnya memaki para penduduk tersebut.

Namun ke tujuh sosok yang mengelilingi Sandra tak mengeluarkan sekecap katapun. Mereka hanya menatap Sandra dengan tatapan lapar. Sebuah senyuman kemenangan mengembang di wajah mereka semua, lalu secara bersamaan mereka menyerang tubuh telanjang Sandra.

“Tidak! Mau apa kalian semua biadab? Tolong! Tolong! Aarrgghh, lepas kan! Tolong! Tolong!” jerit Sandra ketakutan.

Namun jeritannya tak berpengaruh apapun pada mereka semua. Dengan sangat bernafsu, mereka mulai menggerayangi tubuh telanjang Sandra. Mereka meremas payudara Sandra dengan sangat kasar, dua orang dari mereka mengoreki vagina Sandra dengan sangat kasar juga. Setiap lekuk tubuh Sandra tak ada yang terlewat dari jamahan tangan nakal mereka. Satu persatu dari mereka mulai melepas semua baju mereka. Dan tujuh batang besar mulai terpampang jelas di hadapan Sandra, minta untuk di puaskan.

Sandra bergidik ketakutan melihat ukuran penis mereka. Dia tak sanggup membayangkan apa yang akan segera menimpa tubuh seksinya sebentar lagi. Satu per satu mereka mulai mendekati tubuh telanjang Sandra. Dan tanpa menunggu lama lagi, sebuah penis besar menembus vagina Sandra dengan sangat kasar. Sandra menjerit kesakitan. Vaginanya serasa disayat oleh silet. Namun jeritannya tak keluar lama, setelah satu penis besar telah menembus bibir tipisnya. Sandra merasa sangat tersiksa dibuatnya.

Satu demi satu penis besar telah keluar masuk divagina dan mulutnya. Satu penis yang keluar setelah menyemburkan sperma, segera digantikan dengan penis besar lainnya. Tidak memberi Sandra waktu untuk sekedar menarik nafas. Dia sangat lemah kesakitan dibuatnya. Vaginanya mengeluarkan bercak darah, penis besar para penduduk setempat itu telah merobek vaginanya.

Sandra mulai mendapatkan kesadarannya kembali dan mulai berontak, ketika dirasa ada sesuatu yang menggesek lubang duburnya. Sebuah penis besar tengah mencoba untuk menembus lubang duburnya dari belakang. Sandra menjerit memohon, berharap mereka akan sedikit tiba pada dirinya. Namun usahanya sia-sia saja. Para pemerkosanya itu sama sekali tak peduli pada Sandra.

“Mmmhhh,, jangan! Mmmhhh.. Ampun! Mmhhh…” jerit Sandra disela kulumannya.

Dan “aaarrrrggghhh!” Sandra menjerit, dia melolong kesakitan. Sebuah penis raksasa menembus paksa lubang duburnya yang masih perawan dalam satu sentakan kasar.

Sandra tak mampu menerima lagi semua itu. Tubuhnya telah mendapat titik maksimal dalam menerima rasa sakit, dia pun jatuh pingsan. Para penduduk masih terus melakukan aktifitas mereka diatas tubuh Sandra. Mereka sama sekali tak peduli pada keadaan Sandra saat itu. Mereka terus menggenjot dan meremasi tubuh Sandra secara brutal. Seluruh lubang di tubuh Sandra terus menerus dijejali penis raksasa mereka tanpa jeda sedikit pun.

Mereka berniat untuk memberikan luka permanen pada tubuh Sandra. 4 jam kemudian mereka baru selesai dengan tubuh Sandra. Seluruh tubuh Sandra dipenuhi dengan bercak sperma yang mengering. Lelehan sperma masih merembes dari dalam mulut, lubang vagina dan lubang duburnya yang menganga lebar. Bercak darah pun masih nampak jelas di kedua lubang tersebut. Setelah puas dengan tubuh Sandra, mereka pun mengenakan pakaian mereka kembali.

Tubuh telanjang Sandra yang sudah sangat mengenaskan mereka ikat di pohon pinus. Tak lupa mereka menaruh madu di seluruh tubuhnya, dan menjejalkan bunga pinus di lubang vagina dan duburnya. Sedangkan mayat Gilang, mereka buang ke sungai. Setelah semuanya selesai, mereka pun kembali ke desa. Meninggalkan Sandra yang masih pingsan di dalam rimbunnya hutan sendirian.

#################################

Gisti terbangun setelah mencium bau yang sangat menyengat hidungnya. Dia sama sekali tak ingat dengan kejadian yang dia alami kemarin, kepalanya masih sangat pusing. Dia pun membuka matanya dengan perlahan.

“Wahai Gunderewo, terimalah tumbal dari kami semua. Dan berikan kami hasil panen yang berlimpah.” ucap seorang lelaki.

Mendengar itu, Gisti segera mengerjapkan matanya yang masih mengabur. Tubuhnya sama sekali tidak bisa digerakan. Dia pun mulai melihat kesekeliling, mengamati keadaan. Gisti menjerit sejadi-jadinya, ketika dia tau keadaan nya saat ini.

“Sadar juga kamu neng.” ucap suara yang tak asing bagi Gisti.

“Ki Samad! Apa yang aki lakukan sama saya? Saya mau diapakan ki? Tolong! Tolong!” teriak Gisti.

“Percuma geulis, gak akan ada orang yang bakalan denger kamu disini. Kamu bakalan aki jadikan tumbal untuk Gunderewo.” ucap Ki Samad.

“Tidak! Apa salah saya ki? Tolong! Saya gak mau jadi tumbal. Tolong!” teriak Gisti.

Namun tak ada satu pun yang menolongnya. Ki Samad terlihat khusu melanjutkan mantera pemanggilan Gunderewonya. Mulutnya komat-kamit merapalkan mantra. Dan tak lama kemudian, kepulan asap mulai memenuhi ruangan gua tersebut. Gisti meronta, dia mencoba untuk melepas kan dirinya.

Gadis cantik itu tengah terbaring di atas sebuah batu yang datar. Kedua tangan dan kaki nya di ikat ke setiap sudut batu itu. Tubuh seksinya itu tak tertutupi sehelai benangpun, ia telah telanjang. Vagina dan payudaranya terpampang dengan sangat jelas. Membuat orang ingin segera menyantap dan menjamah bila melihatnya.

“Siapa yang berani membangunkanku?” sebuah suara geraman menggema di gua tersebut.

“Ampun Gunderewo. Saya ki Samad.” jawab ki Samad sambil membungkuk.

“Ah, ki Samad!”

“Apa gerangan kamu sampai berani mengganggu tidur lelapku? Huh?” lanjut Gunderewo itu.

“Ampun. Saya bawa tumbal baru buat Akang. Saya cuman minta ditukar dengan hasil panen yang melimpah 2 tahun ke depan.”

Gunderewo itupun mengalihkan pandangan nya pada batu persembahan. Dia tersenyum lebar ketika melihat sosok gadis perawan berparas ayu terbaring di atasnya. Dia kemudian tertawa dengan sangat menggema.

“Hahaha… Tumbal yang bagus Samad. Haha… Baiklah, akan ku buat panen warga desa melimpah untuk dua tahun ke depan. Hahaha…”

“Sekarang pergi lah! Biarkan aku menikmati tumbal ku!” lanjut Gunderewo itu seraya mendekati tubuh Gisti.

Ki Samad pun meninggalkan gua itu dengan segera. Dia tidak ingin mengganggu prosesi yang akan di lakukan Gunderewo itu pada Gisti. Dia sudah terlalu senang dengan apa yang akan dia dapat di ladangnya untuk dua tahun ke depan.

Sesosok mahluk tinggi besar menghampiri tubuh Gisti. Tingginya sekitar 2 meter lebih. Badannya berwarna hitan legam, dengan bau yang sangat menyengat tercium di seluruh tubuhnya. Bulu hitam kasar menghiasi seluruh tubuh mahluk itu. Sepasang mata merah yang menyala menatap nanar pada Gisti. Taring tajam pun menghias di bibir tebalnya. Gisti terbelalak tak percaya melihat sosok di hadapannya sekarang.

Dia berontak lebih keras, mencoba untuk melepaskan ikatan di tubuhnya. Gisti menjerit sejadinya. Meminta pertolongan kepada siapa pun yang bisa mendengarnya. Namun semua usahanya itu nihil. Tak ada seorang pun yang berani masuk ke gua tersebut. Melihat mangsanya terikat tak berdaya, membuat penis Gunderewo itu menyembul keras. Batang penisnya sangat besar dan panjang. Diameternya mencapai 15 cm, dan panjangnya hampir 35 cm. Sungguh penis raksasa.

Gisti menggidik ketakutan melihat penis Gunderewo itu. Dia tak sanggup membayangkan bila benda sebesar itu menembus liang vaginanya yang masih perawan. Gisti mulai menangis karena saking takutnya pada mahluk itu. Gunderewo itu mulai tak sabar ingin segera menikmati tubuh Gisti. Dia mulai menjamah tubuh telanjang gadis itu.

Tangannya segera menggerayangi tubuh seksi Gisti dengan perlahan. Mahluk itu mulai merangsang setiap titik sensitif di tubuh Gisti dengan sangat intens. Tangan besar nya meremasi payudara gadis itu dengan perlahan. Sedang kan mulutnya mulai menjilati wajah cantik Gisti. Mahluk itu mencoba mencium bibir mungil Gisti. lidahnya yang panjang dia coba untuk menelusup masuk ke dalam bibir Gisti.

Namun Gisti tak pernah mau membuka mulutnya. Gisti terpejam, dia tak sanggup melihat sosok menyeramkan di depannya itu. Hidungnya mencium bau yang sangat menyengat di depannya. Dia sampai ingin muntah dibuatnya. Bibirnya dia katupkan dengan sangat keras. Dia tak mau berciuman dengan mahluk jelek nan bau ini.

Takan pernah! Karena geram, Gunderewo itu pun mencubit puting kiri Gisti dengan sangat keras. Membuat Gisti membelalak kesakitan. Mulutnya terbuka, menjerit sejadinya. Dan pada saat itu lah, Gunderewo ini menesulupkan lidahnya ke dalam bibir tipis Gisti. Mahluk itu mulai mencium bibir gadis itu. Mendapatkan serangan seperti itu, Gisti merasa sangat mual. Ada rasa aneh yang sangat tidak mengenakan di dalam mulutnya.

Air liur mahluk itu juga berbau menyengat di dalam mulutnya. Dia sampai muntah dibuatnya. Kedua matanya mulai menangis semakin deras. Lidah panjang mahluk itu menggelitik setiap rongga mulut Gisti. Dia ingin membuat Gisti terbiasa dengan rasa dari liurnya itu. Tangan kanannya meremasi payudara kiri Gisti, Sesekali memilin puting payudaranya yang masih berwarna merah muda itu. Sedangkan tangan kirinya, dia gerakan menuju vagina Gisti. Gisti merasakan sesuatu yang sangat kasar menggeseki lubang vaginanya.

Mencoba untuk men stimulus daerah istimewanya tersebut. Gisti mencoba menahan mati-matian setiap rangsangan tersebut. Namun dia pun hanya wanita biasa. Menerima serangan yang intens, lubang vaginanya pun membasah di jari-jari kasar sesosok Gunderewo. Mengetahui mangsanya sudah mulai terangsang, Gunderewo itu pun segera menurunkan ciuman bibirnya semakin ke bawah. Dia jilati setiap lekuk tubuh Gisti. Mulai dari wajah, telinga, leher, perut, dan kedua bongkahan payudaranya Gisti. Tak ada bagian yang terlewat dari jilatan lidah panjangnya itu.

Cerita Sex Birahi Terbaru | Ketika pagutan mahluk itu terlepas di bibirnya, Gisti meludah terus menerus. Dia ingin membuang semua air liur mahluk itu yang selalu terasa menempel di rongga mulutnya. Dia juga mencoba untuk menahan setiap rangsangan di tubuhnya dengan sangat kuat. Namun sia-sia saja semua usahanya itu. Gisti pun mulai mendesah dan mengerang, ketika lidah panjang mahluk itu mulai menjilati lubang vaginanya. Gunderewo itu menjilati setiap inchi vagina Gisti dengan sangat telaten. Sesekali dia coba untuk memasukan lidah panjangnya itu ke dalam lubang sempit dihadapannya.

Lidah itu pun mulai keluar masuk lubang vagina Gisti bak seekor ular. Gunderewo itu menjilati seluruh rongga di dalam vagina Gisti. Menerima itu semua, membuat desahan Gisti semakin menjadi. Mulutnya tak berhenti mengerang dan mendesah. Gunderewo itu sungguh sangat pintar merangsang setiap titik sensitif di tubuhnya.

Tak lama berselang, Gisti pun merasakan sesuatu yang sangat enak di vaginanya. Sebuah perasaan yang tak pernah dia rasa kan sebelum nya. Ada sebuah dorongan yang ingin keluar dari dalam vaginanya. Semakin dia tahan, semakin kuat dorongannya. Dan tanpa bisa dicegah lagi, Gisti pun mendapat kan orgasme nya yang pertama selama hidupnya itu. Cairan bening nan lengket menyembur deras dari dalam vaginanya. Dan langsung masuk ke dalam mulut Gunderewo itu semuanya. Yaa, Gunderewo itu menghisap habis setiap cairan yang keluar dari dalam liang vagina Gisti. Mahluk itu menelannya habis, tak bersisa. Tubuh Gisti masih mengejang sambil mengejat-ngejat. Dia sungguh sangat tenggelam oleh kenikmatan yang baru dia dapat hari itu. Matanya terpejam, sedang kan mulutnya membuka lebar. Melihat kesempatan itu, Gunderewo segera mencoba untuk memasukan penis raksasanya itu ke dalam mulut mungil Gisti. Dia mendorongnya dengan kasar, membuat Gisti sangat terkejut. Ukuran penisnya yang terlalu besar, tak muat ke dalam bibir Gisti. Hanya sebatas kepalanya saja yang dapat masuk, itu pun tak muat. Hal itu membuat Gisti sangat tersiksa. Mulutnya dipaksakan untuk menganga sampai ukuran maksimal.

Koleksi Cerita Sex Birahi  | Penis raksasa itu memaksa mulut Gisti untuk membuka sampai ukuran yang sebelum nya belum pernah bisa dia capai. Penis Gunderewo itu seakan ingin merobek mulut Gisti. Kesal karna penisnya tak bisa muat ke dalam mulut Gisti, Gunderewo ini pun mulai memposisikan posisi nya diatas tubuh Gisti. Dia gesekan penis raksasa nya yang bersisik itu tepat di depan lubang vagina Gisti yang masih perawan. Dia menggesek-gesekan nya untuk beberapa saat. Dan saat dirasa sudah tepat di depan vaginanya, dia dorong penisnya merobek vagina mungil Gisti dalam satu hentakan kasar. ‘Breeeettt’ Gisti yang awalnya terbuai oleh rangsangan di vaginanya itu mulai menjerit sejadi-jadinya. Dia merasakan perih yang teramat sangat di lubang kelaminnya itu. Tubuhnya mengejang keatas, menahan rasa sakit yang tak terkira itu.

Dan Gisti pun jatuh pingsan, tak kuat menerima rasa sakit. Melihat mangsanya sangat lemah, Gunderewo itu sangat marah. Dia mulai menggerakan penisnya itu dengan sangat kasar di lubang vagina Gisti. Dia menggenjot vagina mungil Gisti dengan sangat brutal. Mahluk itu memaksakan vagina Gisti untuk bisa menerima seluruh batang penisnya yang sangat besar dan panjang itu. Dia hentakan pinggulnya dengan sangat keras, seakan ingin mendobrak dinding rahim Gisti.

Setelah beberapa hentakan yang sangat kuat di dalam vagina Gisti, akhirnya seluruh penis Gunderewo itu pun masuk seluruh nya. Penis yang berdiameter 15 cm, dan panjang 35 cm itu pun bersarang dengan manis di dalam vagina mungil Gisti. Sampai vagina Gisti mengembung dibuatnya. Seluruh otot vagina Gisti seakan meremasi setiap bagian penis Gunderewo itu. Mahluk itu merasa sangat dimanjakan dibuatnya. Dia pun mulai mempercepat genjotannya di dalam vagina Gisti. Penis mahluk itu menghentak dengan sangat kuat mendobrak vagina Gisti. Kemudian dia cabut penisnya dengan sangat perlahan, menikmati setiap gesekan antara dinding vagina Gisti yang lembut dan Penis nya yang bersisik itu. Mahluk itu melakukannya terus menerus, sampai membuat Gisti sadar dari pingsannya.

“Aaaaawwwhhh,, sakiiitt… Berhentiiii… Sakiiitt,, aku mohon! Awwwhhh…” ucap Gisti mengiba.

“Diam kau sundal! Mulai detik ini tubuhmu adalah milik ku. Kau sama sekali tak berhak lagi atas seluruh tubuhmu ini.” ucap Gunderewo itu sambil mempercepat genjotannya.

“Kamu itu sudah dijadikan tumbal untuk ku. Jadi mulai saat ini, kamu adalah budak birahiku. Hahaha…” lanjutku mahluk itu sambil tertawa.

“Tidak! Aku tidak sudi! Lepas kan aku dasar mahluk menjijikan!” maki Gisti sambil meludah ke arah mahluk yang sedang menggagahinya itu.

“Dasar kurang ajar kak sundal! Lihat, aku akan menyetubuhimu dengan sangat ganas dari sekarang. akan kubuat kau bertekuk lutut pada kontolku ini.” ucap mahluk itu geram.

Pompaan di dalam vagina Gisti makin cepat dan kuat saja. Mahluk itu ingin membuat Gisti merasakan multiple orgasme. Gunderewo itu ingin membuat Gisti tak bisa lepas ataupun menolak penis raksasanya lagi. Mahluk itu mulai menyetubuhi Gisti dengan sangat menggila. Penisnya mengeluarkan precum di dalam lubang vagina Gisti.

Cairan itu mengandung semacam bakteri, yang akan membuat vagina korbannya merasa sangat gatal dan geli dibuatnya. Precum yang Gunderewo itu keluar kan dalam dosis yang cukup banyak di dalam vagina becek Gisti. Rupanya mahluk itu ingin membuat Gisti tak bertingkah lagi. Gisti merasa ada yang aneh di dalam vaginanya. Dia merasakan ada sesuatu yang sangat panas di dalam vaginanya. Gadis itu merasakan vaginanya sangat gatal dan sangat geli, sehingga tanpa dasar dia pun mendesah-desah menerima setiap sodokan penis raksasa Gunderewo itu.

Mengetahui kalau rencananya berhasil, mahluk itu pun menghentikan gerakan nya di dalam vagina Gisti. Dia mencabut keluar penisnya dalam satu tarikan kuat. ‘Plooop’ suara ketika penisnya keluar. Lubang vagina Gisti nampak menganga sangat lebar. Bercak darah masih menetes dari dalam sana. Gisti tersadar dari lamunannya. Dia merasakan ada sesuatu yang hilang dari dalam vaginanya.

Lubang vaginanya terasa sangat gatal minta digaruk. Namun benda yang sedari tadi keluar masuk di vaginanya itu telah hilang. Sedang kan kedua tangan dan kakinya terikat dengan keras, membuatnya tak bisa melakukan apapun selain menggesek-gesekan kedua pahanya. Gunderewo itu hanya tersenyum melihat perilaku Gisti. Dia merasa puas dengan apa yang telah dia buat pada gadis alim tersebut. Rupanya dia telah berhasil untuk merubah sifat Gisti, dan membuang semua rasa malu gadis itu. Gunderewo itu telah berhasil membuat Gisti bertekuk lutut pada penisnya. Mahluk itu telah berhasil membuat Gisti menjadi budak sexnya.

“Aaaaggghhhh… Hmmm… Aggghhh…. Ssshhhh… Aggghhh….” desah Gisti.

“Kenapa kau menggeliat seperti cacing seperti itu manusia? Huh?”

“Apakah memekmu gatal ingin di garuk? Apakahmemek mu rindu sama batang penis besar ku? Huh? Jawab!” ucap Gunderewo itu sambil menatap tajam ke arah Gisti. Sebuah tatapan yang seakan merendahkan derajat Gisti sebagai seorang wanita alim.

“Aaaagghhh,, iyaa tuan… Aggghhh… Tolong berikan kontol besarmu itu… Aggghhh…”

“Tolong garuki memek gatalku ini tuan… Aaaagghhh…. Setubuhi aku tuan… Aggghhh… Aku adalah budak sex tuan…. Ooouuuuuggghhh….” ceracaunya Gisti makin tak jelas.

Mendengar itu semua Gunderewo hanya tersenyum dengan bangga. Predikatnya sebagai mahluk bau, jelek, dan menjijikan namun tetap bisa menaklukan wanita muda yang amat cantik tetap melekat pada dirinya. Dia pun tersenyum lebar, kemudian melepas ikatan di kedua pergelangan kaki dan tangan Gisti. Gisti yang merasa bebas, segera mengarahkan tangannya menuju lubang vaginanya. Dia langsung menggeseki vaginanya dengan cepat dan bernafsu. Gisti mulai memasukan satu demi satu jarinya ke dalam vagina nya yang sudah sangat basah itu sambil terpejam. Ternyata semua jarinya mampu masuk ke dalam lubang vaginanya itu. Sekarang dia mengeluar-masukan kepalan tangan nya menggaruki dinding vaginanya yang sangat gatal itu. Gunderewo tertawa dengan sangat keras dengan apa yang telah dia buat pada gadis alim ini. Dia sangat puas melihat Gisti menggeseki vaginanya sendiri dengan susah payah. Gisti terlihat sangat bernafsu saat itu. Dia mencoba segala yang dia bisa untuk menghilang kan rasa gatal di dalam vaginanya. Namun semuanya sia-sia saja. Rasa gatal di vaginanya tak pernah hilang, namun bertambah gatal saja setiap detiknya.

Frustasi, Gisti pun menangis. Dia merasa sangat tersiksa dengan rasa gatal di vaginanya itu. Dia terlihat sangat tersiksa karena ulahnya sendiri pada vaginanya. Karena kasihan, Gunderewo itupun berbisik pada Gisti.

“Rasa gatal di vaginamu itu hanya bisa hilang dengan gesekan kontolku saja wahai budak manusia. Rasa gatal itu hanya akan mereda bila bersentuhan dengan sisik di penisku ini. Apa kau mengerti?” bisik mahluk itu ditelinga Gisti.

“Aaaaghhhh,,, iyaa tuaaan.. Tolong berikan itu pada hamba… Aggghhh….” ucap Gisti sambil terisak.

“Ada syaratnya!” ucap mahluk itu menatap Gisti tajam.

“Aaapp,, apa syaratnya tuaann? Aaagghhhh…” ucap Gisti sambil terus mendesah.

“Kau harus membuatku orgasme terlebih dahulu dengan mulut dan tanganmu itu. Kamu harus menelan habis spermaku terlebih dahulu.”

“Ba,, baik lah Tu,,, aaagghhhh… Baik lah tuan…. Sssshhh..”

“Lakukanlah sekarang dasar budak!”

“Ba, baik tuan.” Ucap Gisti sambil menyerbu tubuh mahluk itu.

Gisti mulai menggenggam penis raksasa Gunderewo dengan kedua tangannya. Diameternya tak muat dalam genggaman tangan nya itu. Dia kemudian menjilati penis bersisik itu dengan sangat bernafsu. Sesekali Gisti mencoba untuk memasukan benda itu ke dalam mulutnya. Namun sekeras apapun dia mencoba, benda itu tak pernah bisa masuk ke dalam mulutnya yang terlalu mungil itu. Gisti menjilati setiap inchi penis dari mahluk yang paling menjijikan itu dengan sangat telaten. Dia menjilati penis dari mahluk yang telah membuat nya muntah beberapa jam yang lalu. Gisti telah kehilangan akal sehatnya. 15 menit sudah Gisti menjilati penis besar bersisik Gunderewo itu, namun sama sekali belum terlihat jika benda itu akan segera memuntahkan sperma nya. Sedangkan rasa gatal di dalam vaginanya telah mencapai level maksimal. Gisti akhirnya menangis. Dia lalu mencoba memasukan benda besar itu kedalam liang vaginanya dengan sangat bersusah payah.

‘Bleeeeesss’ akhirnya penis besar itu menembus liang vaginanya yang sudah sangat basah.

Benda besar itu langsung menggaruk rasa gatal yang menyerang dinding vaginanya. Gisti pun menggoyangkan pinggulnya dengan sangat cepat diatas tubuh mahluk itu. Gisti memejamkan matanya menikmati kenikmatan yang batang penis mahluk itu tengah berikan pada vaginanya.

“Aagggghhh… Enak nya… Ooohhh,, ahhhhhh….” desah Gisti sambil mempercepat goyangan vaginanya.

Gunderewo itu hanya bisa tertawa dengan sangat lantang melihat aksi Gisti saat itu. Gisti sedang menggerakan tubuh seksinya itu dengan sangat lincah di atas tubuh nya. Gadis cantik itu tengah menunggangi penis raksasanya dengan bersusah payah. Namun wajahnya memancarkan rona kenikmatan yang sangat dahsyat. Wajahnya mendongak ke atas, kedua matanya terpejam, sedangkan mulutnya membuka lebar. Hal itu sungguh sangat membuat mahluk itu terangsang. 15 menit menggenjot penis besar Gunderewo, vagina Gisti pun mulai berdenyut menandakan dia akan segera mendapatkan orgasme kembali. Gadis itu mempercepat goyangan pinggulnya, menghentak penis Gunderewo itu makin keras. Tubuhnya sudah dipenuhi dengan keringat. Kuncir rambutnya telah terbuka sehingga rambut panjangnya terurai bebas dan dahinya juga bercucuran keringat

“Aaaaaggghhh,, tuan,, kontol tuan nikmat bangeett… Aaagghhhh,, hamba, orgasme lagi tuannnn… Agggghhhh…” jerit Gisti sambil melepas orgasmenya yang kedua hari itu.

Cairan hangat menyembur dengan sangat deras di liang vaginanya. Gisti bahkan mengalami squirting. Vaginanya mengeluarkan cairan dengan sangat derasnya. Seluruh tubuh Gisti mengejang untuk beberapa saat, lalu ambruk menimpa tubuh besar Gunderewo. Gisti sangat menikmati orgasmenya Kali itu, hingga dia lupa pada tugasnya untuk memuaskan Gunderewo. Gunderewo itupun marah pada Gisti. Dia lalu mengeluarkan kembali cairan precumnya didalam vagina Gisti dengan cukup banyak. Hal ini langsung membuat vagina Gisti sangat gatal dibuatnya. Gisti bahkan sampai menjerit kaget dibuatnya. Dan tanpa menunggu lama lagi, dia pun kembali menggoyangkan pinggulnya menggesek penis besar Gunderewo. Tak beberapa lama kemudian, Gisti mengalami orgasme nya kembali. Lagi, seluruh otot di tubuhnya mengejang lalu ambruk tak bertenaga. Hal ini kontan membuat Gunderewo itu sangat marah. Akhirnya mahluk besar ini mengeluarkan precumnya yang sangat beracun di dalam vagina Gisti. Precum ini mengandung bakteri yang sangat ganas.

Bakteri yang akan terus menggigiti dinding vagina Gisti, menimbulkan rasa gatal yang teramat sangat. Bakteri ini takan berhenti menggigit seluruh rongga di dalam liang vagina Gisti, meskipun dia telah mendapatkan orgasme. Bakteri ini hanya bisa hilang oleh cairan sperma Gunderewo saja. Gisti sangat tersiksa dibuatnya.

Vaginanya makin terasa gatal saja, padahal dia baru saja mendapatkan orgasme. Gisti pun mulai memaksakan tubuhnya untuk bergerak, sehingga kelamin mereka saling bergesekan kembali. Namun gesekan antara kelamin mereka itu hanya membuat vaginanya makin gatal saja. Vagina Gisti sudah sangat membanjir dibuatnya. Peluh beserta keringat bercucuran di seluruh tubuhnya. Ntah sudah berapa Kali dia mendapatkan orgasme dan squirting hari itu. Namun rasa gatal di vaginanya tak pernah berhenti.

Gisti sudah sangat lemah, seluruh tenaganya sudah habis terkuras. Namun dia tetap memaksa pinggulnya tetap menggoyang, meskipun tubuh bergetar hebat. Tak lama berselang, Gisti pun mendapatkan orgasmenya kembali untuk yang kesekian kalinya. Tubuhnya mengejang dengan sangat dahsyat, lalu dia pun jatuh pingsan kembali. Melihat mangsanya tergeletak tak sadarkan kembali, Gunderewo itu hanya menatap puas. Dia mencabut penisnya dengan satu tarikan kuat. Mahluk itu lalu merebahkan tubuh Gisti mengangkang. Dia lalu menjilati vagina gadis itu dengan sangat bernafsu. Vagina Gisti yang sudah sangat membasah dijilatnya dengan sangat rakus.

Lidahnya segera keluar masuk di dalam vagina Gisti dengan sangat lincah. Mahluk itu memasukan lidah panjangnya sangat jauh ke dalam vagina Gisti. Sehingga masuk kedalam rahim Gisti. Mahluk itu lalu menjilatinya gemas. Gisti hanya bisa mendesah lemah dibuatnya. Dia sudah tak memiliki tenaga sedikit pun hanya sekedar untuk membuka mata. Namun vaginanya tak pernah berhenti mengalami orgasme. Cairan cintanya yang bercampur dengan air kencing menyembur setiap kali dia orgasme. Muncrat membasahi lantai gua yang pengap dan lembab itu.

Setelah puas menjilati vagina gadis tersebut, Gunderewo itu kembali memasukan penis besar nya itu ke dalam liang vagina Gisti yang sudah sangat melar. Mahluk itu kembali menghentak kan penisnya dengan sangat kuat dan keras di dalam vagina gadis itu, membuat tubuh Gisti terlonjak-lonjak. Karena jepitan vagina Gisti sudah sangat melemah, Gunderewo pun membalikan tubuh mangsanya tersebut. Mahluk itu mulai memposisikan tubuh Gisti untuk menungging.

Lidah panjangnya segera menjilati dan mengoreki liang dubur Gisti. Membuat Gisti kembali menggeliat. Sesekali dia masukan lidah panjangnya itu ke dalam sana, mencoba membuat lubang itu sedikit melebar. Ketika dirasa sudah cukup basah, Gunderewo pun memposisikan penis besarnya di depan lubang dubur Gisti. Dan dengan satu sentakan keras, amblas lah seluruh penis besar nya itu merobek anus Gisti. Gisti menjerit dengan sangat keras. Seluruh otot di tubuhnya bergetar merasakan sakit yang amat sangat. Gisti pun pingsan kembali.

Cengkraman otot dubur Gisti seakan mencekik penis Gunderewo itu. Mahluk itu kembali merasakan nikmat nya tubuh gadis itu. Sekarang Gunderewo itu sudah tak perduli lagi dengan keadaan Gisti. Dia hanya ingin segera mencapai orgasmenya.

Dia mulai menyetubuhi dubur Gisti dengan sangat kasar. Tak lama berselang mahluk itu pun mendapat orgasme nya yang pertama saat itu. Dia menggeram sambil menyembur kan sperma panasnya memenuhi liang dubur Gisti. Tangan besarnya meremas kuat payudara Gisti, gigi-gigi tajamnya menggeremet. Dan seluruh tubuhnya mengejang, lalu ambruk menimpa tubuh kecil Gisti dengan penis yang masih menancap di liang dubur gadis itu. Setelah mendapatkan orgasme nya itu, penis besar Gunderewo mengecil dengan sendiri nya. Lalu benda itu keluar dari dalam dubur Gisti secara perlahan. Mahluk itu tersenyum dengan sangat lebar.

Rona kepuasan tergambar jelas di wajahnya. Mahluk itu pun menghilang ntah kemana. Meninggalkan Gisti sendirian dalam kondisi yang sangat mengenaskan di gua tersebut. Tinggallah Gisti sendiri di gua lembab nan pengap itu. Tubuhnya sudah sangat mengenaskan, dalam posisi yang menungging. Lubang vagina dan dubur nya menganga sangat lebar, bercak darah masih jelas terlihat di kedua lubang tersebut. Gisti mati dengan kedua lubang yang sangat basah oleh lendir dan oleh cairan sperma Gunderewo yang berwarna hitam pekat. Namun roh Gisti dibawa oleh sang empunya sperma ke alam nya. Yaa, roh Gisti dijadikan gundik oleh sang Gunderewo itu di alamnya.

######################

Cerita Sex Birahi  2017 | Dan sejak hari itu, ketiga reporter tersebut tak pernah kembali dari desa tersebut. Di mulai hari itu, Sandra, Gisti, dan Gilang tak pernah terlihat keluar dari desa itu. Yaa, mereka bertiga telah tewas dengan sangat mengenakan di desa Cimani Gunderewo itu. Tanpa ada seorang pun yang mengetahui kejadian itu, kecuali para penduduk setempat. Rahasia dari desa Cimani Gunderewo pun masih terjaga dengan sangat rapat….

The end

Horor! Saya Mengalami Kejadian Aneh Saat Bermalam di Hotel

Cerita horor di hotel ini pernah saya alami beberapa kali! Penasaran? Kamu harus baca dan siapkan mentalmu biar tidak takut!



“Maaf Ibu, sebelah kamar Ibu sudah melakukan check-out tadi siang, dan sekarang kosong.”


Adakah cerita horor di hotel yang pernah Kamu alami? Saya sendiri mengalami kejadian seram saat bermalam di hotel. Percaya nggak percaya sih, tapi bawasannya hal tersebut memang ada. Karena dunia ini memiliki dua alam yang berbeda, alam nyata dan alam gaib.

Baca juga kisah horor lainnya dengan klik di sini.

Kisah horor biasanya diawali dengan munculnya perasaan tidak enak saat pertama kali masuk ke dalam kamar
Seperti pengalaman horor di hotel yang saya alami. Dari luar, kondisi hotel yang saya tempati tidak ada masalah dan tidak ada keanehan sama sekali. Tapi entah kenapa saya merasa agak aneh ketika kaki melangkah masuk ke dalam lobi. Saya hanya berpikir bahwa kondisi badan saya lelah karena capek setelah melakukan beberapa aktivitas.

Setelah mendapatkan kunci kamar, saya pun bergegas menuju kamar untuk istirahat. Tapi tetap saja saya masih merasa tidak enak badan. Saya mencoba merebahkan badan sejenak di kasur dan kemudian berniat untuk membersihkan badan.

Hari pun mulai gelap, saya memutuskan untuk mandi. Berharap semua rasa capek yang saya rasakan hilang. Setelah saya selesai mandi, saya pun keluar dan merasa terkejut lantaran saya melihat semua gorden dan jendela terbuka. Sehingga angin pun dengan bebas masuk ke dalam kamar, karena sudah magrib saya pun bergegas menutupnya.

“Jederrrrrr…….!” Saya pun terperanjat kaget ketika mendengar pintu kamar mandi tertutup dengan keras. Kali ini bulu kuduk saya benar-benar berdiri. Saya menatap ke arah kamar mandi sejenak sebelum membuka kunci kamar dan keluar.

Saya menceritakan kepada teman saya tentang kejadian yang baru saja saya alami dan menayakan kepadanya juga apakah dia yang membuka semua jendela dan korden kamar? Tapi teman saya hanya menjawab bahwa dia baru saja datang ke hotel dan belum masuk ke dalam kamar. Lalu siapa yang membuka gorden dan jendela?

Mungkin, Kamu pun pernah mendengar, suara berisik di tengah malam yang tak diketahui dari mana asal muasalnya
Terkadang saya malas untuk menghiraukan keadaan sekitar saat bermalam di hotel. Terlebih bila kondisi badan sudah lelah. Setelah masuk ke dalam kamar, hal yang saya pikirkan adalah tidur. Tapi naas, malam itu saya tidak bisa tidur.

Berbagai hal saya lakukan, mulai dari chat sama teman-teman, mendengarkan musik hingga membaca buku. Biasanya, bila mata saya capek maka akan terpejam dengan sendirinya. Saya melirik jam pada layar smartphone saya. Tak terasa sudah jam 12 malam.

Ketika mata sudah mulai berat, saya meletakkan buku yang saya baca dan tidur. Baru memejamkan mata, saya pun terpaksa membuka mata dan bangun. Saya mendengar suara anak-anak bergurau kencang sekali. Saya diam dan mencoba mencari sumber suara tersebut. Semakin kencang dan semakin berisik.

“Duh, ini anak, mak bapaknya kemana sih? Jam segini belum tidur malah berisik!”

Saya bergumam meluapkan kekesalan. Pertama saya masih bisa sabar, lama-lama saya merasa teganggu karena semakin berisik dan gaduh. Dengan sedikit rasa kesal, saya menelpon receptionist. Agar pihak hotel yang menegur tamu sebelah. Tapi informasi dari pihak hotel justru membuat saya semakin kaget.

“Maaf Ibu, sebelah kamar Ibu sudah melakukan check-out tadi siang, dan sekarang kosong.”

Lalu siapa yang berisik malam-malam begini? Sampai pagi menyingsing saya tidak mendapatkan jawabannya.

Yang paling menyeramkan, ketika harus bertatap muka dengan makhluk yang harusnya tak kasatmata
Pengalaman aneh yang saya alami bersama seorang teman di suatu hotel di Belitung selalu menjadi obrolan menarik. Entah kenapa setiap kali bertemu dengannya, kami semangat membahas hotel tersebut yang menurut kami itu adalah hotel teraneh.

Saat itu, saya dan Marisa tidak ikut peserta lainnya untuk mengikuti penutupan event. Kami sudah capek, dan saya sendiri menderita radang tenggorokan. Dari sore kami hanya melakukan kegiatan di kamar, saya tidur begitu juga Marisa. Sekitar jam 10 malam, saya terbangun dan saya mendapati Marisa sedang memainkan smartphone miliknya.

Kami pun ngobrol dan saya mengajak dia untuk keluar ke lobi karena bosan di kamar. Tanpa pikir panjang Marisa pun mengiyakan ajakan saya. Setelah puas di lobi, kami pun masuk ke dalam kamar dan saya berkata padanya “Sepertinya aku akan susah tidur deh, seharian tidur kebangun jam segini.” Marisa hanya terkekeh. Setelah itu saya pun tidak ingat apa-apa.

***
Malam itu, pada saat kami masuk ke dalam kamar, rupanya saya sudah terlelap sejak badan saya menyentuh kasur. Sementara Marisa justru tidak bisa tidur dan berusah tidur sambil bermain handphone. Namun tiba-tiba dia melihat sosok wanita putih berada tepat di bawah kaki saya. Berdiri dengan rambut panjang yang terurai dan posisi kepala yang menunduk.

Sontak Marisa pun kaget dan teriak. Tapi, saya tidak merespon teriaknnya dan masih terlelap dalam tidur. Ibarat mimpi buruk dia pun segera memejamkan mata dan komat-kamit membaca doa-doa. Malam itu seolah menjadi malam terburuk untuk Marisa dan rasa aneh yang saya rasakan sejak menempati kamar tersebut pun terjawab sudah.

Namun, inilah puncaknya, suara-suara horor yang mencekam dan membuat kami terdiam
Rasanya aneh ketika saya dan keluarga memutusakan untuk memesan hotel saat berlibur di salah satu tempat wisata di Purwokerto. Harga kamar yang saya pesan tidak terlalu mahal dan tidak terlalu murah. Fasilitasnya pun lumayan menurut saya. Sama seperti hotel-hotel pada umumnya yang terletak di sekitar area wisata.

Musim liburan membuat hotel yang kami tempati ramai. Saya pun merasa bahwa sebelah kanan dan kiri kamar saya dihuni tamu lain. Malam itu, saya tidur bersama kakak saya, dan anggota keluarga lain berada di kamar yang berbeda.

Di tengah-tengah gurauan kami, tiba-tiba terdengar suara aneh dari kamar sebelah. Sontak kami pun menghentikan obrolan. Namun, setelah kami diam justru suara itu hilang. Seolah tak menghiraukan kami pun melanjutkan ngobrol lagi hingga suara dari kamar sebelah terdengar jelas.

“Suara apa sih itu kak?” Karena penasaran, saya pun bertanya kepada kakak saya dan dia hanya menaikkan bahu, memberikan isyarat bahwa dia pun tidak tahu itu suara apa?

“Ah..ah…ah…ah….sudah mas….!”

Sontak saya dan kakak saya saling memandang dan kemudian kami pun terkekeh mendengar suara tersebut makin kencang.

***

Cerita horor yang saya alami apakah pernah terjadi pada Kamu? Berdoa sebelum masuk hotel itu perlu, lho! Agar Kamu terhindar dari kejadian-kejadian aneh seperti yang saya alami saat menginap di hotel.